SOKOGURU, JAKARTA – Guna mendorong generasi muda menekuni budi daya perikanan yang inovatif dan berkelanjutan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berkolaborasi Petambak Muda Indonesia (PMI) menggelar Shrimp Aquaculture Conference (SAC) di Badung, Bali, pekan lalu.
Acara yang diikuti ratusan orang dari dalam dan luar negeri tersebut diisi kegiatan seminar dan juga digelar berbagai inovasi teknologi budi daya udang yang menerapkan Cara Budi daya Ikan yang Baik (CBIB).
Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu mengatakan hal itu dalam siaran resmi KKP di Jakarta.
Baca juga: KKP: Minat Pasar Rajungan Tinggi, Masyarakat Perlu Lakukan Budi Daya
“Keterlibatan anak muda membawa angin segar pada kemajuan perikanan budi daya di Indonesia. KKP pun gencar mendorong generasi muda menekuni budi daya perikanan inovatif dan berkelanjutan, seperti yang dilakukan PMI,” ujarnya.
Menurut Haeru, saat ini muncul berbagai tantangan dalam budi daya udang seperti penyakit udang dan daya saing produk. Namun, itu justru menjadi pemacu bagi para petambak muda untuk terus meningkatkan kualitas dan produktivitas.
Dirjen Tebe, sapaan akrab Tb Haeru Rahayu, menambahkan inovasi dan penerapan Cara Budi daya Ikan yang Baik (CBIB) tidak hanya berdampak pada peningkatan produktivitas, tetapi juga pada kualitas produk dan menjaga keberlanjutan lingkungan.
Baca juga: Saudi Food and Drugs Authoritym Bakal Loloskan Ikan Budi Daya Indonesia Masuk Pasar Arab Saudi
Semangat inovasi dari generasi muda dapat menjadi contoh bagi pelaku usaha budi daya lainnya di seluruh Indonesia.
Sementara itu, Ketua Petambak Muda Indonesia, Rizky Darmawan, menyampaikan, pihaknya akan terus rutin mengumpulkan para pemuda dan stakeholder serta pelaku usaha yang bergerak di industri udang dalam event tahunan seperti Shrimp Aquaculture Conference (SAC).
“Industri udang di dalam negeri memiliki potensi besar untuk terus meningkat, mengingat Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, serta permintaan pasar terhadap udang yang tinggi. Bukan hanya di pasar domestik, namun juga di pasar global,” jelasnya.
Budi daya berkelanjutan
Untuk mewujudkan budi daya yang berkelanjutan, KKP telah membangun Modeling Budi Daya Udang Berbasis Kawasan (BUBK) di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
Baca juga: Revitalisasi 800 Ha Tambak Udang di Sumbawa Tingkatkan Pendapatan Nelayan
BUBK Kebumen menjadi percontohan tambak udang modern berbasis kawasan yang mengedepankan keseimbangan ekologi.
“BUBK di Kebumen adalah bukti nyata bagaimana budi daya udang bisa dilakukan secara terintegrasi dan berkelanjutan,” kata Tebe.
Sementara itu, Direktur Ikan Air Payau, Fernando J. Simanjuntak, menerangkan, BUBK Kebumen merupakan tambak udang berbasis kawasan dengan luasan lahan potensial mencapai 100 hektare (ha).
Saat ini terdapat 189 petak tambak dengan ukuran masing masing 1.600 m2 yang terdiri dari 139 petak merupakan kolam produksi dan sisanya untuk tandon air.
“Selain penggunaan teknologi modern yang ramah lingkungan, kegiatan budi daya di BUBK Kebumen menerapkan prinsip CBIB,” ujarnya.
Di instalasi pengolahan air limbah (IPAL), lanjut Nando, ada berbagai treatment, mulai dari pengendapan dan oksigenasi guna mengembalikan kualitas air menjadi normal bahkan lebih subur, dan secara fisika juga kembali normal sehingga pada saat dilepas sama seperti sedia kala dan tidak merusak lingkungan.
KKP, katanya, juga tengah menyusun program pembangunan Tambak Integrated Shrimp Farming (ISF) yang direncanakan berlokasi di Kabupaten Sumba Timur, NTT.
Seperti BUBK Kebumen, Program Tambak ISF juga menerapkan tambak budidaya udang berbasis CBIB dengan pendekatan terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Sebelumnya Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengutarakan pentingnya pengembangan budidaya perikanan untuk menyokong ketahanan pangan, pertumbuhan ekonomi, hingga menjaga populasi perikanan di laut.
Dengan meningkatkan produksi perikanan budidaya, intensitas kegiatan penangkapan ikan di alam dapat dikurangi. (SG-1)